Rabu, 28 Juli 2010

Kereta Hantu...



Share
lagi pusing sama laporan keuangan yang tak kunjung balance... dan udah males ngerjainnya juga jadi iseng baca-baca Kompas eh nemu cerpen yang isinya tentang kereta hantu....

emang sih aku bukan anker (alias anak kereta)dan lebih baik naik angkot yang penuh daripada harus naik kereta.... buat aku kereta adalah bukan kendaraan yang aman dan nyaman. bahkan pernah naik kereta AC yang express tetep aja kurang nyaman, kereta penuh dan ACnya ga dingin.... percuma kan bayar mahal. makanya aku jadi males banget naik kereta.... kadang ada yang bilang naik kereta lebih cepet daripada naik bis atau angkot... emang sih bener...tp kalo buat kita apes selama dikereta buat apa???

kereta itu banyak orang jail dan sakit jiwa (maksud aku banyak pelecehan seksual) dan copet di dalam kereta, dibis atau angkot sih pasti juga ada orang-orang yang kaya gitu... tapi kalo di bis ketemu sama orang yang kelainan seksual gitu kan kita bisa turun... lah kalo dikereta, masa kita mau loncat di tengah jalan.... GA BANGET KANNNNNNNN

trus mana ceritanya citra??? oia jadi ngelantur ya.... ini ceritanya kaya gini... agak-agak sedikit horor sih... jangan takut yaaaaaaaaa :D



Kereta Hantu
Jumat, 23 Juli 2010 | 04:04 WIB

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
ilustrasi
Cerpen Sayuri Yosiana
Aku terkantuk-kantuk disudut bangku stasiun tua. Disebuah kota kecil yang kuno. Kota lama di perbatasan ibukota. Senyumku lama menghilang. Betapa tidak? Nyaris dua jam aku menanti kereta terakhir tiba. Lelah setelah seharian membantu keluarga sahabatku yang mengadakan pesta tunangan dengan kekasihnya. Berkali-kali mataku melirik jam tangan.
Hatiku lelah sudah. Jadwal kereta api negeri ini sudah kadung semrawut. Masyarakat hanya mampu menggerutu untuk setiap keterlambatan datang dan perginya kereta. Tak mampu berbuat lain. Para pejabat berwenang agaknya sudah lama terkena penyakit tuli. Hingga suara masyarakat pemakai jasa setia kereta apipun tak lagi terdengar. Aku menghela nafas berkali-kali. Malam makin larut. Sudah jam sembilan ! Astaga, aku nyaris berdiri saking kagetnya. Mundar mandir tak karuan. Baru kusadari sekelilingku mulai sepi. Beberapa orang yang tadi tampak masih menunggu sepertiku, entah kemana perginya. Mungkin mereka pulang lagi. Atau ke kamar kecil. Penjaja makanan juga sudah sejam lalu membereskan dagangannya dan kembali pulang. Berarti sekarang tinggal aku sendirian di stasiun kecil ini.
Aku menoleh berkeliling. Sepi. Tiba-tiba dari arah belakang ada suara serak menegur. Membuatku nyaris terperanjat. Lho, tadi tak ada siapa-siapa? Seorang kakek berseragam pegawai kereta api tersenyum seraya mengepulkan asap rokoknya. Perlahan menghampiriku. Matanya menyipit memperhatikanku. Aku samasekali tak gugup, meski sempat kaget tadi. Dia tersenyum menganggukan kepala.
“Masih bertahan menunggu keretanya, mba?” tanyanya dengan suara serak yang lembut. Aku tersenyum. “Ya, pak. Soalnya cuma naik kereta saya bisa sampai dengan cepat kerumah. Kendaraan umum malam begini sudah jarang. Dan kurang aman” jawabku. Dia mengaggukan kepala. Lalu memandang jauh kearah lajur datangnya kereta. Pandangannya tampak menerawang jauh. Sejauh pandangannya. Wajahnya tampak pias. Terbatuk kecil di berkata lagi.
”Mba, mungkin sebentar lagi kereta terakhir akan tiba. Tenang saja. Pasti mba akan segera sampai kerumah dengan selamat. Kereta terakhir ini sudah lama tak beroperasi. Tapi kecepatannya tak kalah dengan yang biasa beroperasi”
Aku merasa heran. Memang kereta seperti apa yang akan membawaku pulang ini? Apa bukan yang biasa?
Seolah mengerti isi benakku, si petugas stasiun ini tertawa kecil. ” Keterlambatan ini memang karena kereta terakhir biasa ada sedikit masalah, mba. Jadi kami sedang mencoba mengoperasikan kembali yang lama. Tak perlu banyak tanya, mba. Naik saja dengan nyaman. Dan selamat berkumpul kembali dengan keluarga”, jelasnya sambil melengos pergi. Aku hanya menganggukan kepala. Lalu menatap kepergiannya sampai membelok kepintu samping.
Kini aku benar-benar sendiri. Menunggu kereta terakhirku. Mata yang kantuk kucoba menahannya sekuat mungkin. Aku berjalan mundar mandir. Beberapa saat kemudian telingaku seperti mendengar peluit dikejauhan.
Peluit? Tak sempat berfikir lebih jauh, buru-buru kukemasi barangku yang terdiri dari ransel, payung dan jacket malam serta topi pet pemberian abangku. Benar saja, dikejauhan tampak sebuah sosok hitam muncul. Derunya menggetarkan jantung. Rel-rel kereta didepanku seolah bersiap-siap untuk menyambut kereta yang sempat membuatku marah karena keterlambatannya yang tak kira-kira ini. Meskipun tentu saja bukan keretanya yang salah. Tapi faktor human errornya. Aku merasa sedikit aneh. Kereta yang pelan-pelan tiba dihadapanku ini agak lain dari yang lain. Tampak berkilau. Seluruhnya berwarna hitam berkilau. Baru kali ini kulihat dengan jelas sosoknya. Tampak seperti sepur jaman dulu kala.
Aku ternganga. Ini sih memang sepur jaman kemerdekaan seperti yang sering kubaca dibuku atau kulihat di film-film. Astaga ! Jadi ini kereta terakhirku? Oh no ! tidak. ih serem. Mana mungkin aku mau naik kereta jaman silam ini. Tak berlampu pula. Masinisnya mana? Penumpangnya? Astaga. jangan-jangan cuma aku sendiri. Aku melangkah mundur menjauhi keretaku. Kereta itu tampak anggun menunggu. Aku masih ternganga memperhatikan benda hitam didepanku ini. Naik tidak, naik tidak? batinku bertanya ragu. Akhirnya aku berlari kecil menuju pintu samping. Barangkali petugas kereta itu masih ada. Aku akan minta pendapatnya. Tapi pintu itu telah terkunci. Aku sedikit panik. Tak lagi bisa keluar dari stasiun ini. Sungguh aneh. Menurut beberapa petugas stasiun yang biasa aku temui, biasanya sepi atau ramainya penumpang terakhir, pintu gerbang samping stasiun tak pernah dikunci. Tetap dibiarkan terbuka. Karena memang tak ada kuncinya, alias sudah lama tak pernah dikunci. Entahlah..aku merasa sedikit merinding.
Kereta itu tampaknya akan segera meninggalkanku. Aku bingung. Kalau tak naik berarti aku akan disini sampai pagi. Kalau ada orang jahat bagaimana? Aku jadi gelisah. Akhirnya dengan berdoa aku naiki sepur aneh itu. Sedikit kaget karena dipintu kereta ternyata ada petugas berdiri tersenyum. Astaga, nyaris jantungku copot. Aku tak membalas senyumnya. Hanya memberikan karcis kereta tanpa sadar meski dia tak menagihnya. Wong aku baru naik. Tapi aku sudah tak sabar lagi ingin cepat agar kereta ini berangkat. Digerbong yang kumasuki, ternyata ada beberapa orang tampak tertidur. Pakaian mereka tampak lusuh. Aku menarik nafas lega. Setidaknya aku tidak sendirian di gerbong aneh ini. Tak ada lampu, Hanya pelita kecil berkelip-kelip disudut gerbong. Aneh ! benar-benar seperti kembali keabad lalu. Sempat terfikir aku setengah memasuki lorong waktu. Kutepis pikiran gila itu. Lelah membuat fikiranku mulai tak waras agaknya.
Kuletakkan ranselku didekat kaki. Lalu kusandarkan kepala dikaca jendela. Memandang keluar. Ke peron yang sepi. Kereta mulai berjalan perlahan. Tiba-tiba aku melihat si kakek petugas stasiun nampak duduk di bangku ujung dekat pintu samping tempat dia menghilang tadi. Kami saling tatap. Kulihat dia melambaikan tangannya dan mengacungkan jempol sambil tersenyum. Aku hanya mampu terpana sambil terus memandangnya semakin menjauh. Aku merasa benar-benar aneh malam ini. Halusinasikah? Baru kusadari sepertinya aku memang belum pernah melihat petugas itu sebelumnya. Siapa dia? petugas barukah? entahlah, aku mulai didera lagi kantuk yang tadi sempat menyerangku berkali-kali. Rasanya aku mulai tertidur.
Aku terbangun karena pundakku serasa didorong-dorong. Aku mengerjapkan mata dan terduduk. Kulihat petugas kereta tersenyum padaku. “Sebentar lagi sampai, mba. Siap-siap ya. Jangan ada yang ketinggalan” bisiknya perlahan. Kuucapkan terimakasih. Ah, rasanya baru saja aku tertidur sebentar, tahu-tahu sudah sampai. Diluar tampak lampu-lampu kota.
Keretapun memasuki stasiun kotaku. Suasana stasiun sama sepinya malam ini. Yah tentu saja, jam segini siapa pula yang akan naik kereta? batinku kesal. Seharusnya aku sudah sampai rumah jam tujuh tadi. Kubersiap turun. Sempat kulirik arah kursi yang selagi aku naik, masih ada penumpangnya. Tapi kursi itu kosong. Tak ada penumpangnya yang terdiri dari seorang ibu tua, seorang anak kecil dan seorang gadis muda. Kemana mereka? Sudah lebih dulu turunkah? Ah, masa bodolah.
Di pintu kereta sempat kutanyakan pada petugas. Kemana penumpang-penumpang yang tadi satu gerbong bersamaku.
Petugas itu tersenyum. “Mereka tidak turun kemanapun , mba. Mereka adalah penumpang abadi kami. Seperti juga saya petugas abadi kereta ini sejak lama. Hanya dikereta ini kami bertugas dan berjaga. Dan menjemput penumpang yang kemalaman, tapi masih setia menunggu kehadiran kami untuk membawa kembali kekeluarganya”.
Mendengar penjelasannya, aku seperti merasakan ada sesuatu yang tak beres. Tapi logikaku lebih mendominasi.
“Apa mereka keluarga bapak, atau masinisnya?” tanyaku iseng. Dia cuma tertawa.
“Mereka dan saya adalah petugas khusus yang mengurusi kereta ini bagi penumpang yang sabar menunggu hingga larut. Penumpang seperti itu adalah bagian kami. ” ujarnya tersenyum. Mengulangi lagi penjelasannya.
Aku masih tak memahami. Tapi petugas itu segera mendorongku keluar. Aku nyarus terjungkal. Baru saja kakiku menginjak lantai peron, aku terkejut setengah mati karena kereta tiba-tiba langsung berangkat dengan kecepatan tinggi. Nyaris terbang. Aku menjerit kecil. Jantungku rasa lepas. Kakiku lemas tak terkira. Aku terduduk di lantai peron. Tak mampu berdiri. Rasanya ingin berteriak. Tapi mulutku terkunci. Semakin terkejut karena tanganku seolah ada yang menarik untuk berdiri. Aku melongo, ternyata abangku yang tampak pias . Aku amat lega. Aduh aku ketakutan sekali tadi melihat kereta ajaib itu kabur begitu saja. Serasa mimpi rasanya. Abangku tak mengatakan sepatah katapun sementara aku bercerita. Membimbingku berjalan melewati lorong stasiun hingga pintu keluar. Kotaku selalu ramai duapuluhempat jam. Masih banyak orang nongkrong-nongkrong di warung kopi sekitar stasiun.
Abangku hanya bertanya apa aku baik-baik saja? Aku menganggukan kepala. Tenggorokanku rasa kering. Abangku pergi kesebuah warung dan membelikanku minuman dingin. Tenggorokanku terasa lega.
“Aku tak bisa mengantarmu sampai rumah, karena aku mau kerumah bude. Numpang nginap karena besok ada ujian skripsi. Aku takut kesiangan. Jadi kau pulang sendiri ya. Dekat ini kan?” kata abangku seraya memberiku ongkos pulang. Aku jadi kesal. Kok sempat-sempatnya menjemputku, tapi tak mau mengantarku pulang sekalian? protesku.
“Dari tadi aku menunggumu. Ternyata keretamu telat ya. Aku sungguh harus segera pergi. Itu ada angkot. Cepatlah naik.” Badanku didorongnya masuk angkot tanpa mau mendengarkan penjelasanku. Abangku melambaikan tangan saat angkot berangkat.
Lima menit kemudian, aku sudah sampai halaman rumah. Ayah ibuku sudah duduk diteras depan. Mereka segera menyambutku dan sibuk bertanya mengapa aku begitu terlambat. Aku jelaskan sambil berjalan masuk rumah. Sempat kulihat wajah kedua orangtuaku pias. Lalu saling lirik satu sama lain. Aku merasa konyol telah menceritakan semua pengalaman anehku distasiun malam ini. Tapi orangtuaku tak bertanya lagi. Mereka menyuruhku segera mandi dan istirahat. Aku merasa kebetulan tak lagi ditanya-tanya. Segera kuganti baju tanpa istirahat lagi, mandi dan berganti pakaian. Duduk dikamar sendiri, merenungi pengalaman tadi. Entah kenapa perasaanku menjadi tak enak hati. Aku merasa tak percaya seperti yang kulihat diwajah orangtuaku tadi. Setelah mandi fikiranku agak segar. Namun aku sempat merinding dan tak percaya bahwa yang kunaiki tadi adalah sebuah sepur jaman dulu. Masa kereta seperti itu masih beroperasi sih di jalur kereta ibukota?
Aku keluar kamar dan menghampiri kedua orangtuaku yang sedang asyik nonton tivi. Ibuku bertanya apa aku baik-baik saja. Aku hanya mengangguk lalu mulai bertanya tentang pengalamanku yang aneh itu. Apakah aku memang tidak sedang bermimpi? Ayah menepuk pundakku. Lalu berdehem. ” Sepertinya kau termasuk salah satu orang dikota ini yang akhirnya terpilih untuk ikut menikmati kereta hantu itu, nak”, jawab ayahku tenang. Tapi aku melotot mendengar jawabannya. Kereta hantu? Mana mungkin aku bisa naik kereta hantu? Itukan hanya cerita karangan masyarakat saja yang pernah aku dengar sebelumnya.
Ayah melanjutkan. ” Dulu Erry abangmu juga sempat mengalaminya. Itu saat dia masih SMA loh. Maka sekarang dia faham apa yang terjadi padamu. Tak mungkin kau naik kendaraan umum setelah lewat jam delapan belum pulang. Pasti kau nekad menunggu kereta. Maka dia mungin berinisiatif menjemputmu. Mengingat pengalamannya dulu, mungkin dia takut kereta hantu itu akan menjemput adiknya pula. Dan ternyata perasaannya tepat, bukan?
“Tapi dia mengatakan akan kerumah bude yah. Jadi aku disuruh pulang sendiri.” gerutuku.
”Ya, memang. sekalian jalan , jawab ayah santai. Ibu tertawa. Yang penting kau selamat nak. Lain kali jangan terlalu larut pulang. Terutama penggemar kereta sepertimu. Ingat nak, kereta terakhir itu sudah jadi legenda dikotanya sebagai pengantar terakhir orang-orang yang kepulangan malam. Tanya saja abangmu nanti kalau dia sudah pulang.”
“Ah, kereta itu bukan kereta hantu, ayah. Petugasnya sendiri yang cerita padaku bahwa itu kereta sengaja dioperasikan karena kereta lainnya sudah tidur semua malam ini”, jawabku mangkel. Ibu cekikikan sambil mengelus tanganku. Ayah tetap tenang dengan cerutunya.”
Petugas yang kau temui sudah almarhum, nak. Itulah mengapa dia masih ada disekitar situ malam begini. Percayalah nak, hal-hal seperti ini bukan yang pertamakalinya. Hanya saja kau terlalu percaya diri. Terlalu asyik dengan duniamu yang realistis. Tak mampu menangkap pesan alam yang disampaikan udara malam”, jelas ayahku membuatku makin keki. Ah, ayah dari dulu kebanyakan berkhayal. Hingga lebih sering menakut-nakuti anaknya yang mencoba berfikir secara logika. Ayah adalah seorang dalang yang juga penyair setingkat kecamatan.
Sedangkan ibuku sinden terkenal dikota kelahirannya dulu. Namun aku tak ingin ikut pola pikir mereka yang suka menghubungkan segala sesuatunya dengan hal-hal yang diluar nalar. Aku bergegas masuk kamar setelah pamit pada kedua orangtuaku.
Diranjang, aku berfikir keras. Benarkah pengalamanku ini, ya Gusti? Ah, baru kali ini aku tak sabar menunggu kepulangan abangku. Selama ini aku tak pernah menggubris cerita tentang kereta hantu yang konyol itu. Padahal sudah lama terdengar dari mulut kemulut. Termasuk kisah abangku yang sebenarnya justru tak pernah diceritakannya padaku. Aku justru baru tahu dari penuturan ayah tadi. Lalu aku terkenang kembali tentang petugas yang datang dan pergi tanpa jejak itu. Tentang pintu gerbang yang tiba-tiba terkunci. Hingga aku tak bisa melarikan diri keluar stasiun saat takut melihat bentuk kereta yang akan membawaku pulang. Aku tersentak. Ya, kereta itu memang layak diberi julukan kereta hantu karena aneh bentuknya, dan tiba-tiba pergi dengan kecepatan tinggi begitu saja setelah mengantarku. Juga penumpang dan petugas kereta dengan ceritanya yang mendirikan bulu romaku sekarang. Mereka adalah penumpang dan petugas abadi? Astaga, berarti mereka juga hantu dong. Aku tiba-tiba merasa merinding juga malu sendiri karena merasa logikaku mulai goyah. Setelah kurangkai-rangkai kejadian di stasiun tadi, rasanya aku mulai mempercayai apa kata ayah. Yang kunaiki kereta hantu! Aku mengkerukan kening tak habis fikir. Soalnya semua tampak begitu nyata, terlepas dari yang aneh-anehnya tadi.
Jadi malam ini aku telah menaiki kereta hantu, dengan penumpang hantu dan petugas hantu? Kecuali aku sendiri yang manusia?. Aku masih tak mampu percaya. Namun toh sejak saat itu aku nyaris tak pernah pulang malam dengan kereta lagi. Cukup naik kendaraan umum saja. Naik kereta hanya kalau hari masih siang atau sorei. Good bye kereta hantuku. Good bye Sepur jadulku! Semoga itu benar-benar kereta hantu terakhirku.
----
Terinspirasi dari kisah legenda kereta hantu Jakarta-Depok
TENTANG PENLIS :
Sayuri Yosiana lahir dan besar di Jakarta. Hobi membaca, menulis, fotografi dan travelling. Menyukai dunia seni, sejarah dan heritage. Bersama rekannya mendirikan dan mengelola situs kesehatan holistik kabarsehat.com. Saat ini masih aktif menulis dan menerima jasa pengeditan dan pengembangan tulisan untuk naskah-naskah ringan. Dapat dihubungi melalui kontak email sy@sayuriyosiana.om
"Read More. . ."

Jumat, 23 Juli 2010

Pajang award 5



Share
Alhamdulillah award lagiiiiiiiiii..... pika21 wah......... makasih ya sahabat blogger udah ngasih award buat aku... koleksi awaraku makin bertambah.... senangnyaaaaaaaaaaa..... pika21

makasih ya buat akoey dan Jeiin Shintya atas kepercayaannya terhadap blog citra..... pika26 (lebay ga sih)

ini dia awardnya..... eng... ing... eng....


ini award dari akoey



ini dari Jeiin Shintya



nah untuk award dari Jeiin Shintya ada pertanyaan yang harus di jawab... aku coba untuk jawab ya....

Nama asli kamu siapa?
Citra Ningdyah Prawati

Tempat tanggal lahir kamu?
Jakarta

Cita-cita kamu apa.. ayyooo??
Naik Haji, Masuk Surga pastinya
Punya perusahaan sendiri (lebay)
Bahagiain ortu selalu
Menikah dan punya anak.... (Aminnnnnnnnnnnnn semoga cepet)


Kamu phobia sama apa aja??
ketinggian, kecoa, cicek, uler.... (banyakbanget ya....khusus untuk para binatang itu bukan takut tapi segan :D)

Tag award ini ke 4 teman-teman blog kamu yang menurutmu paling sering berkunjung ke blogmu^^
1. Grecek
2. akoey (tukeran Award)
3. T. Wahyudhianto
4. Christian

nah itu award dari sahabat2 bloger akuuuu....

sekali lagi makasih buat akoey dan Jeiin Shintya

Thanks so muccccccccchhhhhhhhhhhhhh.....



"Read More. . ."

Rabu, 21 Juli 2010

Penderitaan Bukanlah Kelemahan Melainkan Kekuatan*



Share
malam semuaaaaaaaaaa....

sebelum tidur aku mau posting dulu ah.... abis sekitar seminggu aku bete makanya untuk menghibur diri dengan cara ngeblog....
pika24lahhhhh.... kok malah nangis sih citra.....

abis bete sama kerjaan... pengen punya kerjaan baru dengan situasi yang lebih nyaman dan tentunya dengan gaji yang lumayan deh.... pika21 tetep ya sama masalah itu....

ya udah lah dari pada bete terus mending aku ngeblog trus buat postingan baru aja....

kemaren baru dapet email dari temen, isinya bagus... jadi mau aku repost disini.... mudah-mudahan ga ada yang protes lagi ya tentang postingan aku....
pika26


ini dia artikelnya....

Penderitaan Bukanlah Kelemahan Melainkan Kekuatan*

By: agussyafii

Setiap kali kita mengalami peristiwa yang membuat kita bersedih atau menderita seringkali kita menutupinya atau menekan perasaan kita agar tidak terlihat lemah atau takut dianggap sebagai orang yang lemah iman sehingga bila ditanya 'apa kabar? kemudian kita menjawab, 'baik..!' Tanpa kita sadari kita menolak penderitaan.

Dilingkungan kita berada bila terjadi peristiwa duka cita, kehilangan orang yang kita cintai biasanya ada ungkapan, 'sudahlah, jangan menangis. Ikhlaskan saja kepergiannya.' atau ada juga yang mengatakan, 'kayak bukan orang beriman saja, begitu kok menangis.' Itulah sebabnya kita menekan perasaan kita, menekan emosi kita, tidak menunjukkan menangis di depan umum agar kita tidak dianggap sebagai orang yang lemah bahkan dianggap sebagai orang yang kufur.

Padahal bila kita memahami lebih dalam setiap duka cita dan penderitaan yang kita alami sesungguhnya banyak manfaatnya dalam hidup kita. Penderitaan dan duka cita yang sering kita alami sesungguhnya bukan kelemahan melainkan sebuah kekuatan yang ada di dalam diri kita. Ada beberapa manfaat di dalam penderitaan yang kita rasakan sebagai kekuatan.

Pertama, Pengalaman duka cita atau yang kita rasakan sebagai menderitaan justru mengajarkan kita pada limpahan kasih sayang Allah Subhanahu Wa ta'ala agar kita semakin dekat dan taat kepadaNya, dengan demikian limpahan kasih sayang Allah akan memenuhi hati kita dan hati kita memancarkan kasih sayangNya untuk semua orang yang disekeliling kita.

Kedua, penderitaan yang kita rasakan menjadikan kebahagiaan kita menjadi sempurna. Kebahagiaan sejati pada dasarnya adalah mengalami kegembiraan dan penderitaan secara seimbang. Hidup menjadi dinamis ketika semuanya datang silih berganti antara kebahagiaan dan penderitaan.

Ketiga, penderitaan membuat kita semakin peka terhadap penderitaan orang lain. Kita menjadi memiliki empati dan menghormati orang lain sebagai hamba Allah yang sama-sama dimuliakan. Kita tidak berani menghina, melecehkan, atau mencemooh orang lain karena kita merasakan betapa pahitnya sebuah penderitaan.

Keempat, ketika hati kita remuk redam, ingin menangis menangislah sesungguhnya apa yang kita rasakan sakitnya, dengan menangis merupakan salah satu cara untuk membersihkan hati kita. Menangislah kepada Allah agar diberikan kesabaran dalam menjalani hidup ini sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

'Apa yang disisimu akan lenyap dan apa yang disisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. an- Nahl : 96).

Wassalam,
agussyafii

"Read More. . ."

Sabtu, 17 Juli 2010

antara takut dan malas



Share
Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.
"Read More. . ."

Rabu, 14 Juli 2010

Karena dia manusia biasa



Share
lagi bete nungguin jam pulang kantor akhirnya aku blogwalking n baca-baca artikel sahabat-sahabat blog... dan aku nemuin artikel yang bagus banget menurut aku.

dan aku repost lagi nih artikelnya.... makasih ya neng apri udh ngijinin aku untuk repost artikelnya... terharu banget baca artikel ini... bener-bener recomended deh untuk baca artikel ini... banyak pelajaran yang kita terima....

emang tentang apa sih artikelnya sampe citra heboh banget? pokoknya bagus dehhhhhhhh... baca sendiri ya... nih artikelnya... cekidot


Karena Dia Manusia Biasa
by Ugik Madyo

Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suamimu/istrimu? Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga jawaban duniawi (cakep atau tajir manusiawi lah ). Tapi ada satu jawaban yang sangat berkesan di hati saya. Hingga detik ini saya masih ingat setiap detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2 bulan. Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak akan heran. Proses pernikahan seperti ini sudah lazim. Dia bukanlah akhwat, sama seperti saya. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami.

Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sulit untuk membuka diri. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak menanggapi dengan serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi.

Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal pernikahannya.

Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya selama proses pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya. Asli. Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki itu. Ada apakan gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat ini.

Tapi sayang, saya sedang sibuk sekali waktu itu (sok sibuk sih aslinya ).

Saya tidak bisa membantunya mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia telfon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa hal. Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. That's all. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti itu saya memutuskan untuk menginap dirumahnya. Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol hanya- berdua. Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kita. Padahal rencananya kita ingin ngobrol tentang banyak hal.

Akhirnya, bisa juga kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak pada saya. Beberapa kali Mamanya mengetok pintu, meminta kita tidur.

"Aku gak bisa tidur." Dia memandang saya dengan wajah memelas. Saya paham kondisinya saat ini.

"Lampunya dimatiin aja, biar dikira kita dah tidur."

"Iya.. ya." Dia mematikan lampu neon kamar dan menggantinya dengan lampu kamar yang temaram. Kita melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik. Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kita lakukan. Kita berbicara banyak hal, tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah sumringahnya terlihat jelas dalam keremangan kamar. Memunculkan aura cinta yang menerangi kamar saat itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah pertanyaan yang selama ini saya pendam.

"Kenapa kamu memilih dia?" Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari tidurnya sambil meraih HP dibawah bantalku. Berlahan dia membuka laci meja riasnya.

Dengan bantuan nyala LCD HP dia mengais lembaran kertas didalamnya. Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan selembar amplop pada saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang dengan kop surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apaan sih. Saya memandangnya tak mengerti.

Eeh, dianya malah ngikik geli.

"Buka aja." Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas polos ukuran A4, saya menebak warnanya pasti putih hehehe. Saya membaca satu kalimat diatas dideretan paling atas.

"Busyet dah nih orang." Saya menggeleng-gelengkan kepala sambil menahan senyum. Sementara dia cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya memulai membacanya. Dan sampai saat inipun saya masih hapal dengan kata-katanya.Begini isi surat itu.

*Kepada YTH*

*Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya*

*Di tempat*

* *

*Assalamu'alaikum Wr Wb*

*Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai. *

* *

*Saya, yang bernama € ’¥’¥ menginginkan anda € ’¥’¥ untuk menjadi istri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan.

Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anakku kelak. Saya memang masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamannya. Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan. Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan.

Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi

suami dan ayah yang baik. Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda. Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari saat ini.*

* *

*Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin *****

* *

*Wassalamu'alaikum Wr Wb*

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini saya membaca surat 'lamaran' yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis. Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta minimalis, saya menyebutnya . Saya menatap sahabat disamping saya.

Dia menatap saya dengan senyum tertahan.

"Kenapa kamu memilih dia."

"Karena dia manusia biasa." Dia menjawab mantap. "Dia sadar bahwa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari. Entah kenapa,

Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buat aku."

"Maksudnya?"

"Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih ada.

Iya kan? Paling gak. Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau suatu saat nanti kita jadi gembel. Hahaha."

"Ssttt." Saya membekap mulutnya. Kuatir ada yang tau kalau kita belum tidur.

Terdiam kita memasang telinga. Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kita saling berpandangan lalu cekikikan sambil menutup mulut masing-masing. "Udah tidur. Besok kamu kucel, ntar aku yang dimarahin Mama."

Kita kembali rebahan. Tapi mata ini tidak bisa terpejam. Percakapan kita tadi masih terngiang terus ditelinga saya.

"Gik€ ’¥"

"Tidur. Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh padanya. Saya ingin dia tidur, agar dia terlihat cantik besuk pagi. Kantuk saya hilang sudah, kayaknya gak bakalan tidur semaleman nih.

Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahnnya kelak. Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tapi sebuah 'proses usaha'. Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan 'nama'.

Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat ditanggalkan. Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama.

Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah.

Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua menjadi indah. Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.

Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan.
Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan. Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah.

Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan. Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah. Lalu, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. *Witing tresno jalaran garwo (sigaraning nyowo), *kalau diterjemahkan secara bebas. Cinta tumbuh karena suami/istri (belahan jiwa). Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha mengabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa. Amin .

"Read More. . ."

Jumat, 09 Juli 2010

pajang award 4



Share
Siaaaaaaaaaaannnnnnnnnggggggggg semuanyaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.....
seneng banget kalo udah hari jumat... its mean "libur tlah tiba...libur tlah tiba...hore...hore...hore.... (tasya modeon)

hari ini mau pajang award ah.... cos kemaren Alhamdulillah dapet award dari para sahabat bloger aku.... makasih ya semuanya buat awardnya... duh jadi terharu....

tapi kesempatan aku posting hari ini cuma untuk pajang award yang aku dapet aja ya... karena ngetik postingan ini juga buru-buru karena takut ketawan bos.. ^^. Insya Allah kalo ada kesempatan lagi aku akan kasih award buat sahabat bloger yang belum pernah aku dapet...

aku pamerin ya award-award dari sahabat bloger....

award yang aku terima dari:
Reza


dari Risky


dari Jeiin Shintya


dari ichwan



makasih yaaaaaaaaaaaaa buat yang kasih award ke citra.... ditunggu loh dari sahabat bloger yang lainnya.... ^^

"Read More. . ."

Rabu, 07 Juli 2010

Air ludah sembuhkan sakit mata



Share
hai...hai.... para bloger...

duuuhhhh, udah lama nih ga posting, maaf yaaaaa baca artikel blog aku cuma itu-itu aja... nah sekarang lagi ada kesempatan untuk posting artikel baru... postingan ini tentang manfaat air liur...

air liur ada manfaatnya???? katanya si ada... jujur ya kalo bilang air liur atau ludah itu identik dengan yang jorok dan bau... bener ga???? tapi ternyata ada manfaatnya juga.... tapi tetep aja buat aku jijik kalo kata orang sunda bilang geuleuh.... hehehehe

ini dia nih manfaatnya....

Mengobati sakit mata dengan air ludah sendiri sudah dilakukan banyak orang yang mempercayai pengobatan jenis ini. Air ludah dipercaya mengandung lendir protein yang mengandung antibodi untuk menyembuhkan luka.

Kepercayaan tradisional menyarankan orang yang sakit mata untuk mengusap-usap matanya saat bangun pagi dengan air ludah sendiri. Mengusap mata dengan air ludah ini juga bisa dilakukan setiap saat hingga sakit matanya sembuh. Efektifkah menyembuhkan sakit mata dengan air ludah?

DR Dr Ike Sumantri Wiyogo, SpM(K) mengatakan meskipun air ludah mengandung antiseptik tapi belum ada penelitian medis yang menunjukkan air ludah bisa digunakan untuk mengobati sakit mata.

Malahan ia khawatir terhadap kebersihan air liur tersebut jika si pemiliknya tidak bersih menjaga gigi dan mulut. Karena mulut dan gigi juga banyak mengandung kuman yang berasal dari selipan makanan di antara gigi dan hal ini bisa memperparah kondisi mata.

"Sebaiknya tidak mengobati sakit mata dengan air ludah, karena kita tidak tahu apakah air ludah yang digunakan mengandung infeksi mikroorganisme atau tidak. Kalau mengandung infeksi, hal ini justru bisa memperparah kondisi mata yang memang sebelumnya sudah mengalami infeksi," ujar Dr Ike saat dihubungi detikHealth, Senin (15/3/2010).

Sakit mata bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti infeksi bakteri, virus atau degeneratif. Jika penyakit mata disebabkan oleh virus, maka hal ini bisa menular seperti halnya orang terkena influenza.

"Pada orang yang sakit mata biasanya lapisan kornea mengalami iritasi sehingga menimbulkan komplikasi radang yang membuat mata terlihat memerah," ujar dokter yang juga ketua Departemen Mata FKUI/RSCM ini.

Sakit mata biasanya ditandai dengan mata memerah, berair, belekan, mata menjadi gatal-gatal, silau jika melihat cahaya yang terang serta terkadang disertai dengan rasa sakit kepala saat menunduk. Sakit mata bisa terjadi di kedua mata atau hanya salah satu saja.

Dr Ike menuturkan terdapat perbedaan antara sakit mata yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Jika disebabkan oleh virus biasanya mata terasa gatal dan kotoran mata bercampur dengan cairan. Sedangkan jika akibat bakteri maka cairan yang keluar lebih berwarna putih, sering mengeluarkan kotoran dan terasa sakit atau nyut-nyut.

Dr Ike menyarankan jika mengalami sakit mata segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pertolongan pertama sehingga infeksi tidak semakin meluas. Usahakan untuk menghindari obat mata yang mengandung steroid karena dapat meningkatkan tekanan bola mata.

Pengobatan sakit mata dengan menggunakan air ludah mungkin memberikan hasil yang baik untuk beberapa orang, tapi tidak semua orang memberikan reaksi yang sama karena kepekaan setiap orang berbeda-beda.

oia... maaf banget ya aku belum pasang award dari sahabat bloger... insya Allah secepatnya aku pasang...

makasih ^^
"Read More. . ."
 

Buku Tamu

Recent post

©2010 tulisan-citra | Designer by Rinda's Template